Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Analisa Kinerja Sistem Informasi
STMIK HIMSYA Semarang
Oleh : 1. Cicip Nur Winarti (1109S0311)
2. Bedjo (1109S0309)
Mahasiswa Semester 6 - Jur. Sistem Informatika - STMIK HIMSYA
Jl. Raya Karanganyar Tugu KM.12 No.58 Semarang Telp. 024-8665420
PEMODELAN DAN BEBAN KERJA
PENDAHULUAN
I.
MODEL SISTEM
Untuk mendapatkan suatu definisi yang dapat
dipahami dengan baik dari pengertian Pemodelan Sistem, maka kita harus
mengetahui secara mendalam apa arti sebenarnya dari dua kata tersebut, yakni
Pemodelan (Model) dan Sistem.
Model adalah adalah
rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem,
atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya
dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra
(gambar,komputerisasi,grafis dll), atau rumusan matematis.
Sedangkan Sistem adalah
suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk
memudahkan aliran informasi,materi atau
energi. Menurut Anatol Rapoport Sistem adalah “satu kesatuan yang berfungsi sebagai satu kesatuan karena bagian-bagian
yang saling bergantung dan sebuah metode yang bertujuan menemukan
bagaimana sistem ini menyebabkan sistem yang lebih luas yang disebut sistem
teori umum”
Jadi apa yang disebut dengan Pemodelan Sistem ? Pemodelan Sistem adalah suatu bentuk penyederhanaan dari sebuah elemen dan
komponen yang sangat komplek untuk memudahkan pemahaman dari
informasi yang dibutuhkan.
Karakteristik daripada Pemodelan Sistem, adalah
sebagai berikut :
1. Dibuat dalam
bentuk grafis dan tambahan keterangan secara tekstual.
2.
Dapat diamati dengan pola top-down dan partitioned.
3.
Memenuhi persyaratan minimal redundancy.
4. Dapat mempresentasikan
tingkah laku sistem dengan cara yang transparan.
Dari karakteristik
pemodelan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model itu dibuat dalam bentuk grafis atau
bergambar sehingga dapat memudahkan customer dan dilengkapi juga dengan keterangan dari gambar atau grafis tersebut. Alur
dari proses model tersebut dapat di lihat dan diamati, memenuhi syaran
minimal reudansi dan yang terpenting adalah dapat mempresentasikanproses dari
pada system yang dibuat dan dapat di pahami oleh customer.
Menurut Grady Booch, James Rumbaugh dan Ivar
Jacobson Prinsip dari Pemodelan adalah:
1.
Memilih model apa yang di gunakan, bagaimana masalahnya dan bagaimana juga
dengansolusinya.
2.
Setiap Model dapat dinyatakan dalam tingkatan yang berbeda3. Model yang terbaik
adalah yang berhubungan dengan realitas.
4.Tidak pernah ada model tunggal yang cukup baik,
setiap system yang baik memilik serangkaian model kecil yang independen.
Prinsip
pemodelan sistem tidak terlalu menitik beratkan kepada bentuk model apa
untuk merancang sebuah sitem, bentuk model ini bebas,
bisa menggunakan bentuk apa saja, sesuaidengan keinginan kita, contohnya bisa berupa
narasi, prototype, maupun gambar, yang terpenting
adalah harus mampu merepresentasikan visualisasi bentuk sistem yang diinginkan oleh
user, karena sistem akhir yagn dibuat bagi user akan diturunkan dari hasil
model tersebut.
Pengukuran membutuhkan
sebuah model untuk aplikasi yang akan dievaluasi. Model adalah :
• Sebuah abstraksi atau penyederhanaan
realita
• Mempunyai input dan output
• Menetapkan pemetaan (mapping) dari keadaan
yang sebenarnya ke input dan output.
Klasifikasi Model sistem
Sistem yang dianalisa sebaiknya harus didefinisikan
dan dipahami secara detail. Kebanyakan model digunakan untuk beberapa variasi
tingkatan dari proyek evaluasi kinerja.
Yang terbagi atas 3 kelas utama (Sbodova, 1976),
yaitu:
• Model
Struktural.
Mendeskripsikan komponen
sistem individual dan konekasinya. Model ini menghasilkan antar muka yang
sangat berguna menjembatani antara sistem
real dengan banyak
model abstrak lainnya.
• Model Fungsional.
Mendefinisikan sistem yang
dapat dianalisa secara matematis dan lewat studi empiris.
• Model Analitik Kinerja. Memformulasikan
kinerja sistem workload dan sistem struktur. Model kinerja dihasilkan oleh
analisis dan model fungsional untuk model workload yang spesifik.
Model Struktural adalah gambaran dari komponen
sistem aktual dan semua koneksinya. Model ini direpresentasikan dalam diagram
blok, dengan menggunakan bahasa yang khusus.
Model
Fungsional yang digunakan dalam analisis kinerja dapat dibagi dalam
4
kelompok :
• Model Flowchart. Model ini dibuat untuk
menggambarkan langkah demi langkah
eksekusi suatu sistem.
• Model Finite-state. Model ini dapat
digunakan sebagai perangkat analisis dari sistem sumber. Model ini dapat
digambarkan dalam graf berarah (directed graph); dimana node merepresentasikan
keadaan sistem, dan tanda panah menggambarkan transisi pada sistem.Keadaan
sistem tersusun dari keadaan individual dari komponen- komponennya dan
merefleksikan segala macam
operasi sistem tersebut. Waktu
pemecahan masing-masing keadaan sistem individual tersebut diperoleh dari
kemungkinan transisi yang ditunjukkan tanda panah.
Model Finite State
• Parallel net. Model ini merupakan modifikasi
dari Petri nets. Paralel net adalah Graf
berarah (directed graphs) yang dibuat oleh dua node yang berbeda
tipe: dimana transisi
harus dapat mewakili
proses secara tepat. Dalam kondisi ini kebanyakan transisi harus
tersedia secara simultan. Paralel ner sangat baik untuk mendeskripsikan Sistem
asynchronous yang bekerja
secara bersamaan dalam
satu waktu.
Dalam metode petri nets,
transisi dalam suatu even dilakukan tanpa memiliki durasi. Pewaktuan petri nets
adalah bagus untuk alat bantu analisis sistem throughput.Kondisi
direpresentasikan sebagai suatu lingkaran dan transisi oleh suatu garis
penghalang(bar).
MODEL PARALLEL NETS
• Model Queueing. Pada model ini sistem
direpresentasikan sebagai himpunan resource dan antrian dari resource tersebut.
Ketika suatu job masuk ke dalam sistem, akan masuk terlebih dahulu ke dalam
antrian, dan kemudian akan menunggu sampai permintaan layanannya dapat
dipenuhi. Setelah permintaan job diproses, job meninggalkan sistem untuk
kemudian masuk ke antrian lain lagi. Model ini menekankan aliran dari job yang
melewati sistem, namun tetap dapat dilakukan observasi keadaan dari sistem
tersebut. Model ini memiliki kegunaan yang amat luas.
MODEL QUEUEING
·
Model analitik Kinerja adalah ekspresi matematik yang
dihasilkan oleh sistem model fungsional. Model fungsional haruslah berhasil
menangkap struktur dasar dari suatu sistem dan workload untuk diubah menjadi
simbol- simbol matematis yang terstruktur.
Model yang paling sederhana dari suatu prosesor
tunggal (server) dan antrian tunggal dari suatu tugas yang akan diproses oleh
prosesor. Setiap tugas dideskripsikan dalam 2 parameter :
• Waktu kedatangan
• Waktu service yang diminta
Workload dari sistem yang sederhana ini dijelaskan oleh distribusi waktu
antara waktu yang berurutan (waktu interarrival) dan distribusi dari waktu
dilayani.
Keadaan sistem adalah banyaknya tugas yang ada dalam sistem. Pengukuran
kinerja sistem ini adalah waktu dibutuhkan oleh tugas untuk dikirim ke dalam
sistem (waktu antri + waktu dilayani (service time)).
Model ini membawa beberapa asumsi :
• Waktu interval dan waktu
dilayani secara statistik berdiri sendiri
• Waktu interarrival secara
statistik berdiri sendiri.
• Semua waktu interarrival harus
didistribusikan.
• Waktu dilayani (service times) untuk
permintaan yang berturut-turut secara statistik berdiri sendiri
• Semua waktu dilayani harus
didistribusikan. Asumsi tambahan :
• Kedua distribusi diasumsikan
untuk dapat dijadikan eksponensial
(memoryless property /Markov property)
Model Empiris Kinerja
Model ini dihasilkan oleh analisis data empiris.
Tersusun dari nilai yang diobservasi dari pengukuran kinerja p dan observasi
karakteristik workload w. Fungsi Sp dapat ditayangkan dalam banyak tampilan
yang berbeda, biasanya pada tabel atau grafik. Jika diperlukan dapat pula dalam
ekspresi matematis.
Terbagi atas :
• Model Regresi
• Sistem profile
Model Regresi
Model kinerja biasanya diasumsikan linear.
Dimana variabel independen pi
adalah pengukuran kinerja utama,
variabel independen zj adalah karakteristik workload, karakteristik sistem atau
Pengukuran kinerja internal. Untuk bagian sistem tertentu dan tujuan tertentu
model ini cukup memadai.
Proses yang dievaluasi menggunakan model regresi yang terdiri dari 3 urutan
:
• Karakteristik Workload dan kinerja sistem
diukur sebalem dan sesudah modifikasi sistem.
• Teknik analisis Regresi digunakan untuk membangun model kinerja atau
model-model lainnya.
• Model digunakan untuk mengestimasi untuk
mengetahui tingkatan perubahan dalam kinerja dari dua sistem yang dimodifikasi
dan tingkatan perubahan pada workload.
Model regresi dikalibrasi
untuk cocok dengan himpunan observasi khusus. Kalibrasi model tersebut haruslah
divalidasi, apakah model itu dapat menunjukkan perilaku sistem setiap waktu
atau tidak. Validasi dilakukan dengan melakukan tes pada model tersebut
menggunakan data yang berbeda.
Pendekatan ini terbatas
hanya pada bagian sistem tertentu saja. Hasil dari sistem dapat diumpankan ke
sistem yang lain. Hasil dari model empiris ini berdasarkan model fungsionalnya dan
karena itulah mudah dihubungkan ke sistem secara fisik, sebelum asumsi tentang
workload sistem dapat dikurangi karena elemen inputnya dapat langsung diambil
dari sistem sesungguhnya.
Sistem
Profile
Untuk
menggambarkan kegunaan dari
masing-masing resources sistem. Sistem profile ini biasanya
didapatkan dari penyusunan model kinerja dari karakteristik workload yang tidak
termasuk dalam variabel modelnya. Workload yang hanya menunjukkan kegunaan
resoureces secara individual saja. Biasanya direpresentasikan dalam Gant Chart,
Fase Perencanaan pengukuran :
• Menentukan apa yang diukur
• Memilih alat pengukuran
• Desain percobaan dan estimasi
biaya
Model dan teori
Model adalah pelengkap dari teori. Hal ini
diungkapkan dari hubungan antara input
dan output dari
model tersebut, yang
membuat model dapat dimanfaatkan untuk memprediksi
kekuatan sistem tersebut.Komponen
tambahan digunakan dalam
istilah asumsi yang
dibuat disini. Walau amat
terbatas lingkupnya, namun
dapat menentukan aplikabilitas model pada kebanyakan masalah
domain pengukuran. Jika asumsi terlalu dalam
ditanamkan dalam suatu
model, maka akan
semakin sulit model tersebut divalidasi sesuai dengan yang
diaplikasikan.
Masalah lain
adalah level ketepatan
dan dapat dipercayanya suatu pengukuran, seberapa besar suatu model
yang kita miliki dan berapa banyak
proses pengukuran yang dapat dilakukan terhadap model tersebut.
Kriteria Model:
Ø Model harus sesuai dengan teori yang sudah
diterima secara luas.
Model harus formal dan memuingkinkan.
Ø
Model harus menggunakan input yang terukur daripada
harusmengestimsi dan mengeluarkan perkiraan yang subyektif.
Ø Evaluasi model harus disengaja.
Ø Model juga dapat digunakan untuk menentukan
kriteria empiris
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN
MODEL
II.
BEBAN KERJA (WORKLOAD)
Masalah Karakteristik
Beban Kerja
Sebuah Sistem komputer
dapat dilihat sebagai suatu hasil pengelompokan perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan dalam suatu model time- changing dari pemrosesan yang
dilakukan oleh komunitas pengguna.
Selama adanya interval
waktu, komunitas pengguna mengajukan permintaan proses ke dalam sistem melalui
input yang dikoordinasikan oleh kelompok program, data dan kelompok perintah
(command). Semua informasi input ini biasanya didesain melalui apa yang disebut
dengan beban kerja (workload).
|
||||
Umpan
balik level 2
Umpan
balik level 1
Pengaruh timbal balik
antara beban kerja, sistem komputer dan kinerjanya
Ada 2 macam umpan balik
yaitu : looping dalam ( level 2 ) dan looping luar
( level 1 )
Umpan balik yang mempengaruhi beban kerja terdiri
atas dua macam :
1. Looping dalam
(inner loop / umpan balik level 2),
adalah umpan balik yang
mengontrol algoritma melalui sistem operasi.
2. Looping luar
(outer loop / umpanbalik level 1),
adalah umpan balik yang
bertugas untuk mempengaruhi kemampuan sistem dan merencanakan kebiasaan
komunitas pengguna.
Karakteristik
beban kerja : penjelasan secara
kuantitatif dari tanda-tanda / sifat-sifat dari beban kerja. Karakteristik ini
biasanya telah terdapat pada parameter beban kerja yang dapat mempengaruhi
kebiasaan sistem.
Representasi
Model beban Kerja
Keakuratan
sebuah model beban
kerja adalah sebuah
karakteristik yang penting untuk
kredibilitas dan untuk menghindari penggunaan dari berbagai macam model. Ketika
sebuah model digunakan untuk mewakili sistem beban kerja yang real,
keakuratannya sering disebut dengan representasi model
Jenis Representasi model beban kerja :
1. Model
probabilistik
Mengkarakteristikkan masing-masing elemen
beban kerja setiap proses dengan jumlah parameter yang
terbatas (misalnya waktu CPU, jumlah operasi I/O an ruang memori yang dipakai.
2. Model
deterministik
Masing-masing proses
direpresentasikan dengan sekelompok nilai parameter yang
tidak dapat dibangkitkan
selama proses simulasi, seperti model probabilistik tetapi
merupakan salah satu yang sudah dispesifikasikan dari permulaannya.
Tiga level representasi model untuk suatu sistem
komputer :
1. Level
fisikal (level 1)
o Berorientasi pada sistem
perangkat keras dan perangkat lunak
o
Sistem yang ada sangat ketergantungan dan dapat digunakan pada seluruh studi
kerja pengukuran kinerja.
o
Relatif mudah direkonstruksi karena tersedianya berbagai jenis pengukuran yang
mendukungnya.
o
Contoh komponen dasar beban kerja yang dikarakteristikkan oleh pemakaian CPU
time yaitu jumlah instruksi yang dijalankan, jumlah tempat penyimpanan di
memori utama, waktu total operasi I/O, jumlah file kerja waktu kerja saluran
(channel) I/O dan disk.
2. Level
virtual (level 2)
o Orientasi pada
sumber-sumber yang bersifat logika.
o
Ketergantungan sistem satu
sama lain yang
lebih kecil dibandingkan level 1
o Lebih dekat dengan sisi
programmer.
o
Contoh : statement bahasa pemrograman tingkat tinggi, nomor akses record atau
file dalam database dan perintah interaktif.
3. Level
fungsional (level 3)
o Berorientasi pada
aplikasi
o Sistem yang mandiri
o Sulit untuk mendesain
representasi model secara sistematik.
o Diperlukan di dalam
studi perolehan perilaku aplikasi.
o Contoh : perhitungan
payroll, inventory control, perhitungan
akuntansi
Keakuratan (atau representatif ) model beban kerja
didefiniskan pada cara yang berbeda, tergantung pada level model yang diambil.
Contoh kasus :
Andai pada sebuah beban kerja W, terdapat beberapa
kriteria yang mungkin dipilih untuk mengevaluasi gambaran dari sebuah model W’
yang diturunkan dari defenisi berikut ini :
• W’
adalah sebuah gambaran
model dari W
jika permintaan sumber fisiknya memiliki proporsi yang sama dengan yang ada pada W.
• W’
adalah sebuah gambaran
model dari W jika permintaan
sumber fisiknya memiliki rata-rata yang sama dengan yang ada pada W.
• W’
adalah sebuah gambaran
model dari W
jika fungsi yang
sama diproporsikan sama sebagai W.
• W’ adalah sebuah gambaran model dari W jika
memproduksi nilai indeks kinerja P yang sama sebagai W ketika bekerja pada
sistem Y yang sama.
Pengujian
Beban Kerja
Defenisi
Beban kerja yang diproses oleh sistem sambil
melakukan pengumpulan data- data pengukuran. Sering disebut pula model beban
kerja real.
Penggunaan beban kerja model real untuk memecahkan
masalah-masalah evaluasi sistem ini bertujuan :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan eksperimen reproduksi model,
yaitu dengan membuat perbandingan antara indeks representasi yang sama yang
sangat penting dalam banyak jenis studi evaluasi, seperti studi evaluasi
terhadap efektifitas beberapa aksi tuning.
2.
Mengurangi
durasi pada setiap
sesi pengukuran dengan
lebih berkonsentrasi pada satu pengukuran yang dapat menjalankan seluruh
beban kerja model real.
3.
Untuk
menghasilkan sebuah representasi
beban kerja yang
konsisten dengan penggunaannya. Contoh : simulator input, analisis model
input.
4.
Untuk mencegah masalah-masalah privacy dan keamanan
yang kadang terbatas dalam penerapannya pada beban kerja model real dan
data-data pada suatu studi evaluasi.
Kategori
Pengujian beban kerja
1.
Real test workload
Terdiri dari semua program asli dan data yang
diproses selama interval waktu tertentu. Tes ini merupakan pengukuran proses
beban kerja sistem selama sesi pengukuran, dan merupakan tes yang secara
potensial paling representatif dan paling murah untuk diterapkan.
Durasi sesi pengukuran berfungsi sebagai tujuan
eksprerimen, aplikasi alami dan mode processing (batch, iteraktif dan realtime).
Alasan utama yang membatasi penggunaan tes ini dalam eksperimen ulang pada
kondisi beban yang sama :
• Kekurangan fleksibilitas karena
ketidakmampuan memodifikasi program konsumsi sumberdaya.
• Kebutuhan akan penggunaan ulang data asli
(file,database) ketika program real dieksekusi, maka semua data tersebut akan
di-copy ke memori kedua, dengan pertimbangan ekonomis dan gangguan-gangguan
yang mungkin terjadi.
• Confidentialy dari
program dan data tertentu, dimana
dapat mencegah duplikasi dan
penggantian dengan data yang yang serupa dengan karakteristik representasinya.
• Perangkat
keras yang berbeda
dan perangkat lunak
dari sistem yang berbeda atau versi lain pada sistem yang
sama.
2. Synthetic Test Workload
Terdiri dari kumpulan
komponen dasar (program, perintah interaktif, dan lain- lain) dari beban kerja
sesungguhnya (real workload) atau terdiri dari campuran komponen beban kerja
yang sesungguhnya dengan komponen yang dibuat dengan tujuan tertentu (program
atau kernel sintetis). Hal ini disebut Natural Synthetic Workload atau
benchmarks.
Teknik yang dibutuhkan
untuk implementasi benchmark adalah berkaitan dengan kondisi tertentu,
berkaitan dengan hal-hal eksternal untuk mengeset program dengan pertimbangan
tertentu yang mungkin memberikan dampak pada pengukuran penampilan dari
berbagai macam sistem. Contoh :
• Proritas eksekusi : Setiap sistem
berhubungan dengan prioritas dalam cara yang berbeda. Pada sistem tertentu,
penegasan prioritas pada program oleh penjadwalan diubah selama eksekusi
berlangsung dan hal ini berdampak pada urutan eksekusi, job mix dan akhirnya
pada penampilan sistem secara keseluruhan.
• Derajat maksimum multiprogramming :
Parameter sistem ini bervariasi dari
sistem ke sistem
dan sedikit mempengaruhi
secara substansial terhadap
indeks kinerja.
• Rutinitas
logging : Seringkali rutinitas ini sebagai sumber data yang digunakan dalam
studi evaluasi.Masing-masing sistem memiliki rutinitas sendiri-sendiri, dimana
kadangkala rutinitas tersebut memiliki nama yang mirip pada variabel dengan
makna yang berbeda. Sebelum mulai mempelajari studi perlu dilakukan investegasi
untuk melatih makna dari variabel yang diukur dengan melogging rutinitas dan
error yang dapat mempengaruhi.
• Parameter
untuk generasi dari
sistem operasi :
Setiap sistem operasi memiliki beberapa
parameter yang nilainya
diberikan selama fase generasi. Nilai dari parameter tersebut
mempengaruhi kinerja sistem, hal ini merupakan kasus dari parameter lain yang
dipilih oleh instalasi atau oleh pengguna lain. Misalnya : metode akses,
hubungan channel dan peralatan peripheral, pemilihan kompiler, hirarki lokasi
pada penyimpanan dari modul sistem operasi, file dan sebagainya.
Sebuah natural synthetic workload untuk sebuah
sistem interaktif yang merupakan
sebuah interactive benchmark
adalah sebuah pengujian
beban kerja yang terdiri dari skrip-skrip yang diekstaksi dari sebuah
real workload.
Salah satu karakteristik yang paling penting dari program
sintetis adalah kemampuannya yang fleksibel, dimana diperbolehkan bagi program
sintetis ini untuk melakukan simulasi dengan sebuah spektrum yang lebar dari
real program terhadap pin-point view konsumsi sumberdaya yang ada.
Kadangkala sebuah program sintetis ini dapat trdiri
dari dua tipe tambahan parameter disamping yang digunakan untuk tujuan kontrol
: correction parameter dan calibration parameter.
3.
Artificial Test workload
Sebuah model artifisial dari sebuah beban kerja,
terdiri dari peralatan komponen dasar yang digunakan untuk beban kerja pada
suatu sistem real atau suatu model tertentu.Model tipe
ini, memiliki instruksi
untuk menggabungkan beberapa
jenis model yang terdiri dari suatu program tunggal yang memiliki
frekuansi eksekusi tiap-tiap instruksinya secara
kebetulan sama dengan
frekuensi seluruh beban kerja yang akan dimodelkan.
Teknik
Implementasi Model Beban Kerja
Langkah utama formulasi
model beban kerja (fase pendahuluan dari prosedur desain model beban kerja )
Langkah utama formulasi model beban kerja (fase
pendahuluan dari prosedur desain model beban kerja)
Langkah awal studi evaluasi kinerja yaitu dengan
mendefenisikan tujuannya. Lalu untuk
menetapkan parameter beban kerja dilakukan dengan cara menspesifikasikan obyek
yang akan diukur, kemudian menentukan instrumen
(alat ukur) yang akan digunakan. Bagan ini
menunjukkan bahwa beban kerja memiliki sifat hypothetically.
Model beban kerja dapat terdiri dari satu set
komponen (program, langkah- langkah pemrograman dan seterusnya) atau dapat juga
monolitic (gabungan intruksi tertentu)
Implementasi model beban kerja dilakukan dalam 3
tahap :
1. Tahapan
Formulasi
• Amat populer dan paling banyak
diaplikasikan.
• Terdiri dari jalur pengambilan keputusan,
misalnya :
a. Tujuan menggunakan model
b. Sesi pengukuran
c. Tingkatan model
d. Komponen dasar beban kerja e. Parameter yang digunakan
f. Kriteria untuk representasi evaluasi
2. Tahapan
kontruksi
• Aplikasi terbatas dalam beberapa desain CPU
saja.
• Model-model fase kontruksi terdiri dari 4
operasi fundamental :
a. Analisis parameter
b. Pengambilan nilai representasi
c. Penyeleksian metode untuk menentukan
karakteristik dan reproduksi penggabungan tersebut
d. Rekonstruksi penggabungan parameter dan
model
3. Tahapan
validasi
a. Eksekusi model
b. Aplikasi dari kriteria representasi
c. Modifikasi parameter
Implementasi model beban kerja :
Transformasi
nilai parameter masing-masing
komponen model ke
dalam model komponen yang dapat dieksekusi (executable component).
Reproduksi pada
model komponen campuran dalam model beban kerja.
Executable component dari model beban kerja adalah
:
•
Komponen real :
merupakan ekstraksi
dari beban kerja
yang menjadi model dimana nilai
parameter akan semakin dekat dengan ciri-ciri yang direpresentasikan. Suatu
model yang terdiri dari komponen real disebut benchmark.
• Komponen
non parametric atau kernel :
komponen dengan kriteria
yang sama dengan kenyataan, terdiri dari kernel yang bukan merupakan modifikasi
parametric. Keakuratannya tergantung pada jumlah kernel yang tersedia untuk
merepresentasikan model tersebut.
•
Komponen parametric atau
synthetic :
digunakan dalam
implementasi pada jangkauan yang luas untuk representasi komponen.
Prakiraan
Beban Kerja Untuk Perencanaan Kapasitas
Tujuan
Utama perencanaan kapasitas
Menentukan pecahan (fraction) total kegunaan
kapasitas sistem beban kerja.
Kegunaan
perencanaan kapasitas
Memprediksikan
sejumlah kapasitas yang
akan dibutuhkan untuk
proses beban kerja lebih lanjut dengan layanan dan level yang
dibutuhkan.
Defenisi
sistem kapasitas
• Jumlah maksimum kerja sistem yang dilakukan
per satuan waktu yang diberikan beban kerja.
• Fungsi karakteristik sumber individu,
keterhubungan dan jalan yang akan digunakannya.
• Identik dengan nilai teoritis yang
disajikan pada sejumlah maksimal kerja sistem.
Defenisi
kapasitas sumber
Maksimal rata-rata dimana suatu proses sumber
dibutuhkan.
Aktifitas
pelaksanaan kapasitas
• Pengukuran dan analisis data dengan
memperhatikan aliran beban kerja serta konfigurasi sistem.
• Mendefiniskan layanan instalasi yang
didasarkan pada syarat pemakai dan perhitungan dari hubungan kapasitas yang
disyaratkan untuk berbagai sumber.
•
Perencanaan dari kapasitas sumber untuk kepuasan yang disyaratkan.
• Laporan
dalam bentuk hasil untuk beberapa kategori person yanh rumit
(manajemen staff teknis,
staf administratif).
Referensi:
3.
Perangkat Pemodelan sistem
4. Pemodelan Sistem
Perangkat Lunak, Budi Susanto, FTI UKDW Yogyakarta, di kutip dari Modul
pertamabeliau pada tanggal 19 April 2010
6. Ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-and-information/computer-system-Si/analisis-kinerja-sistem
1. Manajemen Kontrol Pengembangan Sistem klik disini nursht.blogspot.com
2. Alat Bantu Analisis Spice klik disini fkuswardani.blogspot.com